TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU PENGETAHUAN
TUGAS KULIAH
MATA KULIAH : FILSAFAT ILMU
DOSEN : DR. PATAHUDDIN, M.Pd
KELOMPOK
VI : 1. NUR AISAH (12B12032)
2.
RAHMA ILMIATI (12B12050)
3.
ABDUL RAHMAN (12B12025)
4.
ALIMUDDIN (12B12052)
PRODI PEP
KEPENGAWASAN
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2012
TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU PENGETAHUAN
A.
Tantangan–Tantangan Yang Dihadapi Oleh Masyarakat Masa Depan
1. Pendidikan
Global
Pendidikan Perspektif Global atau
disebut juga pendidikan global artinya pendidikan yang membekali wawasan global
untuk membekali siswa memasuki era globalisasi sehingga siswa mampu bertindak
lokal dengan dilandasi wawasan global. Pendidikan global dengan penerapan
metode pembelajaran global saat ini
diadopsi oleh negara-negara maju atau negara-negara yang peringkat Human
Development Index (HDI)-nya masih di atas Indonesia, namun penerapannya belum
terjadi di Indonesia. Isu global pendidikan juga terkait dengan wacana
integrasi ilmu pengetahuan. Disiplin ilmu agama, IPA, matematika, IPS, sastra
dan disiplin ilmu lainnya tidak akan lagi berdiri sendiri, terpisah secara
sporadis, namun akan menjadi suatu kesatuan ilmu yang melahirkan produk ilmu
pengetahuan yang merupakan hasil integrasi dari berbagai disiplin ilmu.
2.
Perubahan Global
Pada tahun tahun 1989 The Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) menerbitkan hasil simposium yang diadakan di Paris dalam
bentuk buku yang diberi judul One World or Several. Dalam buku tersebut
menyebutkan tujuh masalah besar yang dihadapi manusia masa depan. Ketujuh
masalah itu ialah (1) reactivasi dunia secara menyeluruh, (2) globalisasi
versus regionalisasi, (3) pengembangan sumber daya menusia dan pengelolaan
pemerintah, (4) development contract, (5) perlu didirikan regiun energi
internasional menghadapi perubahan lingkungan yang semakin destruktif, (6)
migrasi internasional, (7) memikirkan kembali nasib buruh-buruh negara agraris
(Amin Rais dalam Tuhuleley,1993). Sedangkan negara-negara miskin dihadapkan
dengan 3 jenis “buldoser” yang dapat melindas habis negara-negara agraris,
yakni (1) revolusi bioteknologi, (2) berbagai imperative ekonomi yang merugikan
petani, (3) kerusakan lingkungan yang semakin parah.
3. Kesenjangan Kemajuan IPTEK, Prestasi
Pendidikan, dan HDI
Khususnya
di Indonesia, menurut anwar et al (1990) tantangan yang dihadapi untuk
penerapan dan pengembangan IPTEK pada PJPT II adalah (1) jumlah terbesar
penduduk usia 10 tahun ke atas dan angkatan kerja yang tidak tamat SD sebesar
44,9%dari jumlah angkatan kerja sebanyak 74,6 juta, dan lulusan perguruan
tinggi 1,61%, itupun lulusan eksakta ±28,9% dan sisanya lulusan ilmu sosial.,
(2) bagian terbesar unit usaha berskala kecil dan non formal, (3) peningkatan pengangguran
terbuka angkatan kerja lulusan SLTP dan yang lebih tinggi, (4) pendidikan
menengah dan tinggi relatif rendah , (5) kurangnya tenaga ristek, (6) rendahnya
kesehatan relatif terhadap negara ASEAN, (7) industri manufaktur mengarah
industri berat, (8) urbanisasi meningkat, (9) Pemasukan dana luar negara
berkurang teknologi meluas dan mendalam (Anwar et al, 1990 dalam
Iskandar, 1991).
Ketertinggalan sekolah tidak hanya
terkait dengan ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah-sekolah namun juga
terkait dengan ketertinggalan akses infromasi seputar perkembangan saintek
(sains dan teknologi). Ketertinggalan akses ini secara fundamental disebabkan
oleh dua hal, pertama penguasaan operasional guru terhadap perangkat teknologi
informasi, kedua karena belum semua sekolah mampu memenuhi
ketersediaan perangkat teknologi informasi yang mampu memberikan akses
informasi global yang memadai, semisal jaringan internet. Hal ini pun
disebabkan oleh faktor fundamental lainnya yaitu kualitas SDM dan ketersediaan
finansial.
Ketertinggalan kita terjadi pada
aspek-aspek yang fundamental. Skill membaca tidak diragukan lagi sebagai skill
yang sangat penting, dari data terlihat bahwa budaya baca kita begitu
rendah. Budaya baca terkait dengan kemauan ‘memaksa diri’ untuk membeli buku
dan kemauan meluangkan waktu untuk membacanya. Begitupun kemampuan
problem solving, hal ini terkait juga dengan kemampuan riset, karena riset di
dalamnya mencakup kemampuan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan
riset yang dimiliki oleh siswa akan sangat berpengaruh pada upaya melahirkan
penemuan-penemuan baru yang datang dari dunia pendidikan.
4. Perubahan tata kehidupan
Akselerasi perubahan masyarakat yang begitu cepat
di masa depan, menimbulkan tata kehidupan manusia. Alvin Toffler (1970)
menyebutkan tata kehidupan manusia masa depan itu mencakup (1) masyarakat yang
serba membuang, (2) kaum nomad baru, (3) insan modular (Toffler, 1970 dalam
Koesdiyatinah ,1987).
5.
Kependudukan Dan Ketenagakerjaaan
Pertambahan penduduk,
merupakan tantangan bagi masyarakat masa depan. Di negara-negara industri maju,
pertambahan penduduk 1% bahkan beberpa negara mendekati 0%, sehingga tahun 2025
jumlah penduduk di negara ini sekitar 1,4 milyar. Sedang di negara-negara
berkembang pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 6,8 milyar. (Brundland,1987
dalam Sumantri, 1988). Sementara itu di Indonesia pada tahun 2020 jumlah
penduduk mencapai 250 juta jiwa dan tahun 2050 menjapai 350 juta jiwa. Rata-rata
pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini sekitar 1,8% pertahun. Akibat
pertumbuhan penduduk ini dapat memunculkan masalah-masalah sosial, misalnya
pengangguran.
Sedangkan khusus pada dunia pendidikan di Indonesia saat ini dan mendatang,
terdapat beberapa tantangan yaitu:
1.
Perubahan Lingkungan hidup
Masyarakat masa depan akan dihadapkan pada masalah lingkungan hidup. Beberapa
perubahan lingkungan di masa depan meliputi (1) bertambahnya jumlah penduduk di
bumi, (2) krisis air bersih untuk keperluan penduduk dan industri, (3)
makin luasnya tanah krisis, (4) berkurangnya luas hutan, (5) musnahnya
berbagai plasma nutfah di darat dan di air karena ekosistem, (6) rusaknya
berbagi ekosistem di laut akibat pengurasan hasil laut pencemaran di sungai.
(7) makin luasnya padang pasir, (8) meningkatnya suhu bumi akibatefek rumah
kaca. (9) makin meningkatnya hujan asam, (10) jurang ekonomi antara negara
miskin dan negara maju makin lebar. (Kastama,1991)
2.
Degradasi Moral
Tekanan-tekanan sosial akibat berbagai ketimpangan
sosial dapat menimbulkan tingkah laku menyimpang dalam masyarakat.
Di Jepang kemajuan ekonomi akibat industrialisasi , harus di bayar mahal berupa
guncangan sosial budaya. Bunuh diri di kalangan remaja menempati angka
tertinggi di dunia. (Saefuddin, 1993)
Demikian pula di
Indonesia akibat globalisasi informasi, tata nilai dasar diterjang begitu saja
oleh budaya asing, sehingga melahirkan perilaku baru dikalangan generasi muda.
3.
Sains dan Teknologi
Meskipun abad ini merupakan abad sains dan
teknologi, akan tetapi negara-negara berkembang keadaanya jauh di belakang
negara-negara
maju.
Dalam hal penguasaan sains dan teknologi, negara-negara berkembang masih
mendapatkan masalah. Abdus Salam pemenang hadiah nobel dari fisika tahun 1978
yang berasal dari Pakistan mengemukakan ada 4 faktor yang menjerat negara
berkembang sehingga mereka tidak dewasa dalam bidang sains untuk teknologi
mutakhir, adalah : (1) banyak negara berkembang tidak mempunyai komitmen
terhadap sains baik terapan apalagi yang murni, (2) tidak memiliki hasrat yang
kuat untuk mengusahakan kemandirian, (3) tidak mendirikan kerangka
institusional dan legal yang cukup mendukung manajemen kegiatan bidang
sains (Baiquni,1990)
Untuk dapat mengembangkan teknologi modern, diperlukan persiapan pendukungnya yakni penguasaan sains dan
Bio-molekuler, biokimia dan mikrobiologi untuk mendukung bioteknolgi dan
rekayasa genetik. Penguasaan dalam bidang fisika zat mampat , fisika semi
konduktor dan superkonduktor, fotonika, yang menjadi dasar pengembangan
teknologi material baru dan mikro elektronika ( Baiquni,
1990)
4.
Pendidikan Nasional
Tantangan yang perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak yang terkait
adalah memgendalikan terjadinya putus sekolah. Angka putus sekolah di SD secara
komulatif mencapai 20%, tingkat mengulang kelas 9,5% setiap tahun. Ditingkat
SLTP angka putus sekolah ditingkat SLTA mencapai 3,5%dan di perguruan tinggi
mencapai 9,1%
Untuk memcapai masyarakat industri maju yang bertumpu pada penguasaan teknologi
tinggi Indonesia masih menghadapi tantangan Sumber daya manusia. Sumber Daya
Manusia yang diprioritaskan untuk mendukung pelaksanaan teknologi adalah yang
menguasai Basic Science. (Koswara,1991).
B. Antisipasi – Antisipasi
Yang Diperlukan Bagi Masyarakat Masa Depan
1.
Pendidikan Global
Pendidikan Global dirasa
perlu disebabkan kemajuan komunikasi & transportasi yang dirasakan dunia
semakin sempit, batas negara menjadi buram, proses universalisasi melanda
berbagai aspek kehidupan. Pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan
global dalam aspek ekonomi, seni budaya, SDM, bahasa, teknologi informasi dan
komunikasi, ekologi, dan lain-lain ke dalam kurikulum sekolah yang akhirnya
bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik yang dapat dimanfaatkan
untuk persaingan global.
Tujuan Pendidikan Global adalah :
a. Mengembangkan
pengertian keberadaan mereka membentuk masyarakat.
b. Memberi pengertian mereka yang merupakan anggota
masyarakat manusia.
c. Menyadarkan mereka adalah
penghuni planet bumi, dan kehidupannya tergantung pada planet bumi tersebut.
d. Mereka adalah partisipan atau pelaku aktif dalam
masyarakat global.
e. Mendidik siswa agar mampu hidup
secara bijaksana dan bertanggung jawab, sebagai individu, umat manusia,
penghuni planet bumi, dan sebagai anggota masyarakat global.
Pendidikan Global menekankan pada:
a. Kesadaran terhadap perspektif global.
b. Memahami sistem-sistem global.
c. Sejarah globalisasi.
d. Saling pengertian terhadap budaya bangsa lain.
Contoh Pendidikan Global:
Para siswa di Bangladesh bertukar wawancara dalam video
dengan siswa di Georgia. Siswa SMA di Illinois belajar bahasa Jepang, Latin,
Perancis, dan Jerman dengan menggunakan diskusi online bersama para siswa dari
negara-negara lain.
Siswa-siswi dari seluruh dunia mengadakan penelitian
mengenai spesies binatang yang hampir punah dari daerah masing-masing, dan
berbagi informasi tersebut dengan menerbitkannya di situs web bersama.
Terhubung secara global melalui kemajuan teknologi Internet.
2.
Pendidik yang berkarakter kuat
dan cerdas
Pendidik yang kuat adalah pendidik yang berkarakter yaitu di samping fisik
yang kuat, pendidik harus memiliki kepribadian yang utuh, matang, dewasa,
berwibawa, berbudi pekerti luhur, bermoral baik, penuh tanggung jawab dan
memiliki jiwa keteladanan, dan memiliki keteguhan atau ketetapan hati untuk
berjuang membangun dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia seutuhnya melalui
tugas-tugas yang diembannya dan tidak mudah terpengaruh pada upaya-upaya atau
kondisi yang dapat mengakibatkan mereka ke luar (out of track) dari
“jalan dan perjuangan yang benar”. Sedangkan pendidik yang cerdas berarti
memiliki kemampuan untuk melakukan terobosan dan pemikiran yang mampu
menyelesaikan masalah dan melakukan pengembangan-pengembangan yang menuju
tercapainya tujuan pendidikan membangun manusia seutuhnya baik dari segi
intelektual maupun moral.
3.
Peran guru dalam pembelajaran
Guru memiliki peran yang sangat vital
dan fundamental dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik siswa dalam proses
pembelajaran terutama sebagai agent of change melalui proses pembelajaran (Davies
dan Ellison, 1992). Peran guru tidak akan
tergantikan oleh siapapun atau apapun sekalipun dengan
teknologi canggih. Alat dan media pendidikan, sarana prasarana, multimedia dan
teknologi hanyalah media atau alat yang hanya digunakan sebagai teachers’
companion (sahabat – mitra guru).
4.
Upaya peningkatan mutu guru
Dalam konteks pembangunan
sektor pendidikan, pendidik merupakan pemegang peran yang amat sentral. Guru
adalah jantungnya pendidikan. Tanpa denyut dan peran aktif guru, kebijakan
pembaruan pendidikan secanggih apa pun tetap akan sia-sia. Sebagus apa pun dan
semodern apa pun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan
dirancang, jika tanpa guru yang berkualitas, tidak akan membuahkan hasil
optimal. Artinya, pendidikan yang baik dan unggul tetap akan tergantung pada
kondisi mutu guru. Beberapa upaya untuk meningkatkan mutu guru yaitu
sertifikasi guru, peningkatan mutu dan profesionalisme guru, adanya asosiasi
profesi, dan upaya-upaya lain seperti peberian beasiswa, pemberian penghargaan,
dan peningkatan kesejahteraan.
5.
Meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia
Menghadapi masyarakat
masa depan yang bercirikan perubahan dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Kualitas manusia yang dibutuhkan memiliki 3 ciri utama, ialah (1)
manusia yang sadar IPTEK, (2) Kreatif, (3) solidaritas-etis (Oetomo,1990).
Pertama manusia yang
sadar IPTEK adalah well informed, tahu banyak pengetahuan. Mampu mencerna informasi,
dan mengolah dan menganalisis informasi untuk diri dan masyarakatnya. Mampu mendayagunakan IPTEK,
bahkan daapt memukan inovasi untuk menciptakan perubahan dan mengendalikannya.
Kedua, manusia kreatif
adalah manusia yang tidak terbawa oleh arus perubahan. Manusia kreatif mampu
menciptakan perubahan, memiliki kemampuan yang kompetitif. Manusia kreatif,
manusia yang inteligent, memiliki minat yang tinggi, imaginer, fleksibel, dan
sensitif. Memiliki daya ingat yang tinggi dan dapat berpikir secara evaluatif .
Dilihat dari sisi minat dan motivasinya, manusia kreatif mempunyai ciri
selalu ingin tahu, gemar bermain ide, suka menghadapi tantangan..
Ketiga, manusia yang
memiliki solidaritas-etis. Kompetitif merupakan ciri globalisasi, oleh karena
itu manusia masa depan perlu memiliki solidaritas sosial. Memiliki rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Keunggulan kompetitif harus
dilandasi oleh dan bermuara pada rasa tanggungjawab sosial.
Tantangan terberat dalam
globalisasi tidak lain adalah mempertahankan nilai-nilai kebudayaan yang
merupakan identitas sebagai bangsa. Di dalam diri manusia dituntut untuk
berwawasan internasional. Namun di pihak lain, dituntut agar tetap berpijak
pada jati diri sebagai bangsa yang mandiri. Oleh karena itu, manusia akan
berada pada posisi tarik-menarik dua kebudayaan yakni kebudayaan internasional
versus kebudayaan nasional.
Menghadapi derasnya
kebudayaan asing (Barat) sering identik dengan nilai materialistik. Fromn
(1956) melihat kehancuran tata kehidupan manusia terlalu menekankan aspek
materi dan melupakan ajaran agama adalah pangkal kehancuran umat manusia.
(Jacob, dalam Effendi,1992).
Hal lain yang merupakan
bentuk antisipatif adalah memadukan agama dan ilmu dalam beberapa hal yang
berbeda. Agama yang lebih mengedepankan
moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual) cenderung ekslusif, dan
subjektif. Sementara ilmu selalu mencari yang baru. Tidak perlu terikat dengan
etika progresif. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji
kehidupan setelah mati, sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus
kemudahan bagi kehidupan di dunia. Agama mendorong umatnya untuk menuntut
ilmu. Hampir semua kitab suci
menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu sebanyak mungkin.
Disini ilmu dan teknologi tidak harus dilihat dari aspek yang sempit, tetapi harus dilihat dari tujuan jangka panjang dan untuk kepentingan kehidupan yang lebih abadi kalo visi ini yang diyakini oleh para ilmuwan dan agamawan maka harapan kehidupan ke depan akan lebih cerah dan sentosa tentu saja pemikiran-pemikiran seperti ini perlu dukungan dari berbagai pihak untuk terwujudnya masa depan yang lebih cerah.
Disini ilmu dan teknologi tidak harus dilihat dari aspek yang sempit, tetapi harus dilihat dari tujuan jangka panjang dan untuk kepentingan kehidupan yang lebih abadi kalo visi ini yang diyakini oleh para ilmuwan dan agamawan maka harapan kehidupan ke depan akan lebih cerah dan sentosa tentu saja pemikiran-pemikiran seperti ini perlu dukungan dari berbagai pihak untuk terwujudnya masa depan yang lebih cerah.
C. Masa Depan Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Selama abad kedua puluh, ilmu pengetahuan telah meloncat
kedepan. Faktor yang berpengaruh atas keadaan ini karena menurut dugaan 90 %
ahli ilmu pengetahuan dan penemuan – penemuan dalam sejarah umat manusia hidup
pada zaman ini. Riset dan pembaharuan dilembagakan, demikian pula modal orang
yang bekerja di bidang IPTEK, merupakan faktor pendukung lonjakan perkembangan
IPTEK (Faure, 1972).
Hal yang menarik disamping kuantitas
penemuan dan intensitasnya adalah jarak antara penemuan prinsip – prinsip
ilmiah dengan aplikasi dan penyebaraannya semakin pendek. Sebagai contoh pada
tahun 1727 ditemukan prinsip – prinsip dasar pemotretan. Kurang lebih 112 tahun
jarak antara penemuan prinsip ilmiah dengan aplikasinya. Sementara hatere solar
prinsip ilmiahnya ditemukan tahun 1953, aplikasinya tahun 1955, sehingga hanya
membutuhkan waktu 2 tahun.
Para peneliti masa depan telah
mencoba menginventarisasi perkembangan IPTEK masa depan. Menurutnya IPTEK masa
depan, (1) perkembangan energi fisika tinggi, inovasi dan aplikasi lanjut
cahaya laser, (2) pemurnian terus – menerus pada bidang sibernetika – bidang
proses kontrol sistem – sistem mekanik, biologi dan elektronik, (3) perubahan
penting dalam kualitas dan penggunaan media massa, (4) sukses besar dalam
manipulasi ringan dan restorasi lingkungan, (5) peningkaatan pemakaian
komputer, (6) memperkenalkan super – konduktor, dan (7) kerja sama
internasional dalam perdagangan dan tukar menukar teknologi (Shane, 1973 dalam
Kusuma, 1982).
Berbagai bidang IPTEK akan maju terus. Perlembagaan
elektronika akan berkembang kearah psikoelektronika dan bio elektronik. Robot –
robot akan menggantikan tenaga manusia, sehingga menju kearah pabrik tanpa
buruh. Bioteknologi, geno teknologi dan ekoteknologi akan memegang peranan
penting dalam masyarakat masa depan.
Dalam bidang transformasi, selama berabad – abad manusia
mengadakan pejalanan dengan jalan kaki. Sekitar 6000 tahun sebelum Masehi
angkutan yang paling cepat adalah unta dengan kecepatan 8 mil perjam, tahun
1600 SM dengan kereta kuda meningkat 20 mil perjam, lokomotif ditemukan tahun
1925 baru mencapai kecepatan 13 mil perjam. Sementara tahun 1938 manusia
mengudara dengan kecepatan 400 mil perjam dan tahun 1960 dengan roket,
kecepatan mencapai 4800 mil perjam. Dan kini astronot mengedari bumi dengan
kecepatan 18.000 mil perjam atau 40. 000 km perjam (Faure, 1972 ; Toffler,,
1970).
Revolusi teknologi komunikasi membuat jarak bukan merupakan
hambatan bagi manusia dalam berkomunikasi. Sejak digunakannnya burung merpati
sebagai alat komunikasi dapat menerobos hambatan, jarak, lebih – lebih setelah
ditemukan telpon tahun 1820. jarak sama sekali bukan masalah lagi.
Akhir – akhir ini produk telkom yang mutakhir mulai dikenalkan.
Telkom high-tech yang diberi nama VSAT (very small aperture terminal) mampu
mengirim dan menerima data, faks dan suara dalam sekejab beserta gambarnya.
Sistem VSAT ini mampu mengatasi hambatan komunikasi akibat lalu lintas kkomunikasi
yang padat (Jawa Post . 3 Mei 1995)
Sejalan dengan perkembangan komunikasi adalah perkembanan
teknologi informasi. Radio ditemukan tahun 1867. tiga puluh lima tahun kemudian
yakni tahun 1902 mulai dipasarkan. Sejak itu, penyampaian informasi dapat
menjangkau publik yang berlipat ganda, penemuan transistor tahun 1948, kemudian
diproduksi tahun 1951 mampu mengefisiensikan produksi radio, akibatnya radio
diproduksi dalam jumlah yang besar dengan harga dalam jangkauan masyarakat
umum.
Teknologi elektronika yang kini
penggunaannya merambah dalam berbagai bidang adalah teknologi komputer.
Ketelitian dan kecermatan melebihi manusia, ia dapat dipekerjakan di bidang
kedokteran, dalam bidang rancang bangun dan rekayasa, bahkan dapat menggantikan
guru dalam membelajarkan anak.
D. Menjawab Tantangan dan Menatap Masa Depan Ilmu
Kemajuan ilmu dan teknologi yang
semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya telah
menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Ibarat cerita
raja midas yang menginginkan setiap yang disentuhnya menjadi emas, ternyata
ketika keinginan dikabulkan dia tidak semakin senang tetapi justru menjadi
sebaliknya.
John Naissbitt mengatakan bahwa, era
informasi menimbulkan gejala mabuk teknologi, yang ditandai dengan beberapa
Indikator, yaitu; 1) Masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara
kilat; 2) masyarakat takut dan memuja teknologi; 3) masyarakat mengaburkan
antara yang nyata dan yang semu; 4) masyarakat menerima kekerasan sebuah hal
yang wajar; 5) masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan; 6)
masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terenggut.
Naisbitt ingin mengingatkan bahwa,
ketika manusia mulai memuja dan menjadikan teknologi sebuah patron tunggal
dalam menjalani kehidupan, maka yang sebenarnya terjadi adalah ilmu itu telah
kehilangan ruh fundamentalnya, karena Ilmu telah mengeliminir peran manusia dan
menjadikan manusia sebagai budaknya.
Dengan demikian, Ilmu memerlukan
sebuah instrument agar mampu menempatkan ilmu tetap pada tempatnya, dan
instrument itu adalah filsafat. filsafat yang kemudian mengembalikan ruh dan
tujuan luhur Ilmu, agar Ilmu tidak menjadi boomerang bagi kehidupan umat
manusia. Di samping itu, salah satu tujuan filsafat ilmu adalah mempertegas
bahwa Ilmu dan perkembangannya merupakan sebuah instrument, bukan Tujuan.
Kemajuan
Ilmu seiring perjalanannya, membuat manusia ingin mendapatkan segala apa yang
diinginkan. Sehingga, kemajuan ilmu menjadi sebuah komoditas untuk dapat meraih
segala keinginanya secara instant.
Beberapa pandangan terhadap
perspektif ilmu, yaitu:
1.
Ilmu dalam Perspektif
Agama dan Masa Depan Manusia
Agama
dan ilmu dalam beberapa hal menunjukan perbedaanya, namun pada sisi tertentu
memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang
sudah mapan (ritual) yang cenderung ekslusif, dan subjektif. Sementara ilmu
selalu mencari hal baru dan tidak perlu terikat dengan etika progresif. Agama
memberikan ketenangan dari segi batin, karena ada janji kehidupan setelah mati.
Sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di
dunia.
Karena
bagi masyarakat beragama, walaupun Ilmu memiliki perbedaan yang konfrehensif,
baik dalam fase rohani dan fase kebutuhan jasmani, ilmu adalah bagian yang tak
dapat dipisahkan dari nilai ketuhanan, karena sumber ilmu yang hakiki adalah
Tuhan, karena manusia hanya menemukanya melalui pendekatan-pendekatan dan
disiplin ilmu secara tersistematis, dengan kemudian merekayasanya, dan
menjadikanya sebuah instrument penting dalam kehidupan. Karena manusia berbeda
dengan ciptaan Tuhan lainya, manusia diberikan daya pikir berbeda dengan
makhluk lainya. Daya pikir inilah yang kemudian menemukan teori-teori ilmiah
dan teknologi.
Dalam
waktu yang sama, antara manusia, daya pikir dan temuan-temuanya, semua itu
harus bertanggung jawab dalam balut transcendental, tanggung jawab pada
Penciptanya. Karena, daya pikir tersebut tidak dapat dipisahkan dari keberadaan
manusia sebagai ciptaan-Nya. Sehingga, konsekuensi logisnya, manusia tidak
hanya bertanggung jawab pada manusia saja, melainkan sebab dan akibat yang
ditimbulkan oleh daya pikirnya pun turut serta bertanggungjawab di hadapan
Tuhan sebagai Penciptanya.
Akan
tetapi, walaupun Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan hampir
semua kitab suci menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu sebanyak mungkin, disi
lain perlu juga diingat bahwa, ikatan agama yang terlalu kaku dan terstruktur,
kadang kala mempersempit laju perkembangan Ilmu. Karena itu, perlu kejelian dan
kecerdasan dalam memperhatikan sisi kebebasan dalam ilmu, dan system nilai
dalam agama, agar tidak terjadi benturan dan bertolak belakang antara ilmu dan
agama.
Penataan
laju perkembangan ilmu berdasarkan system nilai agama, kemudian mampu
menjadikan Ilmu tetap berjalan, dan nilai agama yang berlaku menjadi control
sosial dalam menata laju ilmu dengan memperhatikan Lingkungan sekitar. Dengan
demikian, dapatlah sebuah penjagaan terhadap alam, baik alam makrokosmos maupun
alam mikrokosmos yang tidak lepas daripada kehidupan kita.
2. Pendidikan Masa Depan
Toffler menyebutkan masyarakat masa depan adalah masyarakat super industrial.
Untuk menciptakan hal ini perlu ditentukan alternatif yang bermuatan asumsi
tentang jenis pekerjaan, profesi yang diperlukan antara 20-50 tahun yang akan
datang. Dari sini akan dirumuskan keterampilan, kognitif, dan afektif yang
dibutuhkan untuk menghadapi akselerasi perubahan. (Toffler, 1970, dalam
Koesdiyatinah, 1987)
Untuk mengantisipasi masa depan, Tilaar menyebutkan ada sepuluh kecenderungan
pengembangan Sistem Pendidikan Nasional, yaitu :
(1) pemerataan pendidikan, (2)
Kurikulum yang relevan dengan pembangunan nasional, (3) proses belajar mandiri,
(4) tenaga pendidikan yang profesional, (5) pendidikan pelatihan yang tetpadu,
(6) pendidikan tinggi sebagai partner in progress. (7) pendidikan
berkelanjutan, (8) pembiayaan yang memadai, (9) partisipasi masyarakat, (10)
manajemen pendidikan yang efektif (Tilaar,1993)
Naisbit (1990) menekankan pentingnya pendidikan nilai bagi pendidikan masa
depan. Hal ini dilatarbelakangi oleh kecenderungan masa depan yang ditandai
oleh berkembangnya bioteknologi. Kecenderungan di bidang bioteknologi ditandai
oleh keberhasilan ilmuwan dalam memecahkan masalah DNA (Deoxyribonucleaid
Acid) . Dibidang pertanian dikembangkan varietas Unggul, demikian pula
dibidang peternakan. Bagaimana menemukan varietas unggul untuk kehidupan
manusia?
Masa depan merupakan masa yang kompleks bahkan kaum futurolog sudah tidak
sanggup lagi meramalkan hari depan. (Soedjatmoko, dalam Utomo, 1990). Kalau
demikian halnya, pendidikan masa depan harus mampu mendidik individu untuk
dapat menghadapi kekompleks-an masa depan. Tujuan pendidikan diarahkan untuk
mewujudkan manusia yang dapat mengikuti keadaan masa depan.
Tujuan pendidikan bukan melahirkan individu yang terpragmentasi dalam
bidang-bidang spesialisasi. Melainkan dapat mewujudkan individu yang utuh.
Sebagaimana tujuan pendidikan dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa tujuan Pendidikan
Nasional mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab masyarakat dan kebangsaan.
Penerapan prinsip pendidikan seumur hidup akan berimplikasi pada perubahan
kurikulum. Menurut Delker, sekolah perlu menawarkan pendidikan inti yang
efektif yang diperlukan untuk belajar seumur hidup. Skager dan dave (1977)
menyebutkan kriteria kurikulum sekolah untuk mendukung perkembangan seumur
hidup sekolah. Yaitu : (1) kurikulum sekolah harus menganggap bahwa belajar
adalah suatu proses yang terus-menerus, (2) kurikulum sekolah harus dipandang
dalam konteks, belajar di rumah, masyarakat dan tempat belajar, (3) kurikulum
sekolah mengakui interelasi beberapa subjek studi.(4) Kurikulum sekolah harus
mengakui sekolah sebagai suatu agen dalam menajikan pendidikan dasar, (5)
kurikulum sekolah perlu menekankan otodidak, (6) kurikulum sekolah mengingat
kebutuhan individu (Skager dan dave,1977 dalam Cropley).Sementara belajar untuk
menghadapi perubahan menurut Biggs (1973) adalah (1) proses untuk memiliki dan
mengalokasikan informasi, (2) proses untuk memiliki keterampilan tingkat tinggi
menggeneralisasi, (3) proses memiliki strategi umum untuk memecahkan problema,
(4) proses menetapkan tujuan belajarnya sendiri, (5) proses mangevaluasi hasil
belajarnya sendiri, (6) motivasi yang terat dan (7) proses memiliki konsep yang
tepat. (Biggs, 1977 dalam Cropley)
3. Menguasai Teknologi
Era globalisasi diwarnai oleh persaingan. Oleh karena itu dibutuhkan sumber
daya manusia yang mempunyai keunggulan kompetitif . Wardiman (1993) menyebutkan
untuk mengatasi persaingan, dunia industri harus , (1) menguasai teknologi
produksi, untuk mendapatkan kualitas produk yang tinggi, (2) menguasai
teknologi produk agar dapat bersaing, (3) menguasai teknologi menajemen untuk
mendapatkan harga yang layak,(4) mempunyai tenaga kerja yang terampil dalam
proses produksi atau teknologi produk(wardiman,1993)
Somitro(1981)menyebutkan, mengingat konstelasi masyarakat kita ,dan melihat
perkembangan masa depan, ada tiga teknologi yang harus dikembangkan,(1)
teknologi maju, (2) teknologi adaptif dan (3) teknologi protektif.Teknologi
maju masa depan adalah teknologi produksi exstratif dibidang metalurgy,
teknologi imeral dan energi(nuklir).teknologi adaptif, teknologi yang bersumber
dari penelitian negara maju yang diolah sesuai dengan kondisi masyarakat
kita.teknologi protektif, teknologi perlindungan alam dan lingkungan(sumitro,
1981).
Selain peningkatan jumlah insinyur dalam pakar pakar dibidang ilmu murni,
sujatmoko(1993) manuliskan universitas perlu menggembangkan disiplin ilmiah
yang melandasi teknologi, seperti Solid State Physics dan matematika
untuk mikro elektronika dan biologi mikro. (Soedjatmoko,1993). Lebih lanjut ia
menyebutkan, teknologi yang paling besar dampaknya atas perkembangan masyarakat
adalah bidang bio teknologi, mikro elektronika, informatika dan teknologi
bahan (technology bahan)
Untuk mengimbangi kejutan masa depan, Toffler menawarkan strategi pemikatnya.
Disebutkannya untuk mempertahankan keseimbangan selama terjadinya revolusi
super industrial adalah dengan menandingi penemuan baru (Toffler, 1970 dalam
Koesdiyatinah,1987).
4. Mengubah kecenderungan
Menperhatikan dampak negatif teknologi, untuk mengantisipasi masa depan. Yacob
(1993) menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi masa depan , perlu menguasai
skenario masa depan yakni dengan mengubah kecenderungan masa depan. Untuk
mengubah kecenderungan masa depan yang perlu dilakukan adalah (1) pembatasan
pertumbuhan industri negara maju, atau menciptakan pertumbuhan batas dengan
teknologi teratas, (2) penemuan baru dalam teknologi, bahkan makanan,
material, peningkatan ekoteknologi untuk mengendalikan pemanasan global
dan pencemaran lingkungan, (3) rehumanisasi IPTEK, (4) desentralisasi teknologi
dan dualisasi penghidupan, (5) penggantian paradigma dengan mengembangkan nilai
to be dan bukan hanya to have, (6) revitalisasi dan
modernisasi pemahaman agama (Yacob,1993 dalam Tuhuleley, 1993)
Letakkan kode iklan yang tadi sudah sobat parse disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar