Tugas Makalah
DASAR-DASAR & SUMBER PENGETAHUAN
Kelompok
I:
Muhammad
Ilham Rauf (NIM 12B12038)
Evi
Mazidah (NIM 12B12027)
Zainal
Arifin (NIM
12B12041)
Martha
Maliety (NIM 12B12029) Abdul
Mannan (NIM 12B12044)
PENELITIAN
DAN EVALUASI PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASAR
2012
KATA
PENGANTAR
Assalmu’alaikum Wr.Wb.
Untaian
Puji syukur hanyalah milik Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena dengan rahmat-Nya kami
bisa menyelesaikan tugas makalah yang sangat sederhana ini. Shalawat serta
salam semoga selalu dilimpahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad Saw kepada
keluarganya para sahabatnya dan kepada kita semua umatnya.amin
Dalam
makalah ini kami ingin memaparkan kajian tentang “Dasar-dasar dan Sumber Pengetahuan”sebagai
tugas dari mata kuliah filsafat ilmu dengan Dosen pengampu Bapak DR.
Patahuddin, M.Pd.
Tidak
ada gading yang tak retak, pemakalah juga menyadari bahwa isi makalah ini jauh
dari kesempurnaan, saran dan kritik pemakalah sangat harapkan untuk proses
perbaikan dan penyempurnaan dalam menyusun makalah selanjutnya. Dan juga kami
berharap semoga makalah ini bisa berguna dan bermanfaat bagi kita semua umumnya
dan bagi kami khususnya. Amiin yaa rabbal ‘alamin.
Makassar,
Desember 2012
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………....i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan Makalah .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu dan Filsafat ..................................................................... 3
B. Pengartian dan Dasar-dasar Pengetahuan .................................................. 4
C. Sumber Pengetahuan .................................................................................... 6
D. Berpikir Ilmiah untuk memperoleh pengetahuan ........................................ 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
......Bertanyalah
seorang awam kepada ahli filsafat yang arif bijaksana, ”bagaimana caranya agar
saya mendapat pengetahuan yang benar?. ”mudah saja”, jawab filsuf itu,”
ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu”.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kapastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui apa yang telah kita ketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas ini.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kapastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui apa yang telah kita ketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas ini.
Akal
adalah potensi rohaniah yang memiliki berbagai kesanggupan seperti kemampuan
berfikir, menyadari, menghayati, mengerti dan memahami. Jadi pemikiran
kesadaran, penghayatan, pengertian dan pemahaman semuanya merupakan istilah
yang berarti bahwa kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan
jiwa yang disebut dengan intelegensi (sifat kecerdasan jiwa.
Berpikir di maksudkan untuk
mengetahui sesuatu yang belum diketahui dengan kata lain bahwa kebenaranlah
yang menjadi tujuan utamanya, dari proses berpikirnya yang mengatakan
pengorganisasian dan pembudian pengalaman-pengalamannya secara empiris dan
eksperimen di maksudkan dapat mencapai pengetahuan, tetapi apakah pengetahuan
yang diperoleh adalah benar dan apa yang dimaksud kebenaran dalam ilmu
pengetahuan?
Kebenaran adalah adanya
korespondensi, koherensi dan konsistensi antara subjek dan objek secara
pragmatis, jadi ada dua kebenaran yang ingin di capai yaitu mutlak dan relatif.
Dikatakan relatif karena kebenaran ini merupakan hasil pemikiran manusia dalam
teori pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri bukanlah sesuatu yang sudah
selesai terpikirkan, tetapi sesuatu hal yang tidak pernah mutlak sebab ia masih
selalu membuka diri untuk pemikiran kembali atau peninjauan ulang.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Ilmu dan Filsafat ?
2. Apa Pengertian Dasar-dasar
Pengetahuan ?
3. Bagaimana Sumber Pengetahuan ?
4. Apa sarana Berpikir Ilmiah untuk
memperoleh pengetahuan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Ilmu dan
Filsafat
2. Untuk mengetahui pengertian
Dasar-dasar Pengeathuan
3. Untuk mendeskripsikan sumber-sumber
pengetahuan.
4. Untuk mengetahui sarana berpikir
ilmiah untuk memperoleh pengetahuan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Ilmu dan Filsafat
Ilmu
merupakan pengetahuan yang digumuli sejak di bangku sekolah sampai pada
pendidikan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada
diri kita sendiri; Apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Bagaimana
saya ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar?
Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi sudut pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya, misalnya dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Selain itu membongkar tempat berpijak secara fundamental, inilah karakteristik yang keua dari berpikir filsafat yaitu mendasar.
Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi sudut pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya, misalnya dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Selain itu membongkar tempat berpijak secara fundamental, inilah karakteristik yang keua dari berpikir filsafat yaitu mendasar.
Apakah
yang sebenarnya ditelaah filsafat? Selaras dengan dasarnya yang spekulatif,
maka dia menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia,
mempersoalkan hal-hal yang pokok; terjawab masalah yang satu, diapun mulai
merambah pertanyaan lainnya. Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup
tiga segi yakni apa yang disebut benar dan apa yang disebut dengan salah
(logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika) dan apa
yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang ini
kemudian berkembang luas hingga saat ini yang melahirkan berbagai cabang kajian
filsafat yang kita jumpai seperti filsafat politik, pendidikan dan agama.
Filsafat
ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara
spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat ilmu merupakan
telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai
hakikat ilmu seperti; Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki
dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap
indera manusia yang membuahkan pengetahuan? Untuk membedakan janis pengetahuan
yang satu dari pengetahuan yang lain, maka pertanyaan yang dapat diajukan
adalah: Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontologi)? Bagaimana caranya
mendapatkan pengetahuan tersebut (epistemologi)? Serta untuk apa pengetahuan
termaksud dipergunakan (aksiologi)? Dengan mengetahui ketiga pertanyaan itu
maka dengan mudah kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang
terdapat dalam khasanah kehidupan manusia.
B.
Pengertian Dasar-dasar Pengetahuan
1.
Pengertian Pengetahuan
Mendefinisikan
pengetahuan merupakan kajian panjang sehingga terjadi pergulatan sejarah
pemikiran filsafati dalam menemukan pengertian pengetahuan. Hal ini wajar
karena “keistimewaan” filsafat adalah perselisihan, pergumulan pemikirannya itu
berlangsung terus selamanya. Suatu produk pemikiran filsafat selalu ada yang
menguatkan, mengkritik, melemahkan bahkan akan ada yang merobohkan pemikiran
itu. Kelakpun akan dijumpai yang satu menegaskan sedang yang lain mengingkari.
Begitulah seterusnya akan selalu berada dalam bingkai dialektika.
Sedangkan
Ilmu merupakan pengetahuan yang terorganisasi dan diperoleh melalui proses
keilmuan. Sedangkan proses keilmuan adalah cara memperoleh pengetahuan secara
sistematsi tentang suatu sistem. Perolehan sistematis ini biasanya atau pada
umunya berupa metode ilmiyah. Dari proses metode ilmiah itu melahirkan
“science”. Science atau tepatnya Ilmu pengetahuan memilki arti spesifik bila
digandengkan dengan ilmu pengetahuan yaitu sebagai kajian keilmuan yang
tersistematis sehingga menjadi teori ilmiah-obyektif ( dapat dibuktikan secara
empiris ) dan prediktif ( menduga hasil empiris yang bisa diperiksa sehingga
bisa jadi hasilnya bersesuaian atau bertentangan dengan realita empiris).
Pengetahuan
dalam pandangan Rasionalis bersumber dari “Idea”. Tokoh awalnya adalah Plato
(427-347). Menurutnya alam idea itu kekal, tidak berubah-ubah. Manusia semenjak
lahir sudah membawa idea bawaan sehingga tinggal mengingatnya kembali untuk
menganalisa sesuatu itu.
Istilah
yang digunakan Rene Descartes (1596-1650) sebagai tokoh rasionalis dengan nama
“innete idea”. Penganut rasionalis tidak percaya dengan inderawi karena
inderawi memiliki keterbatasan dan dapat berubah-ubah. Sesuatu yang tidak
mengalami perubahan itulah yang dapat dijadikan pedoman sebagai sumber ilmu
pengetahuan. Aristatoles dan para penganut Empirisme-Realisme menyangggah yang
disampaikan oleh kaum Rasionalis. Mereka berdalih bahwa ide-ide bawaan itu
tidak ada. Hukum-hukum dan pemahaman yang universal bukan hasil bawaan tetapi
diperoleh melalui proses panjang pengamatan empiric manusia. Aristatoles
berkesimpulan bahwa ide-ide dan hukum yang universal itu muncul dirumuskan akal
melalui proses pengamatan dan pengalaman inderawi.
Pengetahuan yang tidak bisa diukur dan dibuktikan dengan empiric-realitas-material merupakan pengetahuan yang hayali, tahayul dan bohong (mitos). Aliran empirisme menyatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh melalui pengalaman-pengalaman yang konkrit. Sedangkan aliran rasionalis berpendapat bahwa pengetahuan manusia didapatkan melalui penalaran rasional. Kedua pendekatan ini merupakan cikal bakal lahirnya positivisme modern dalam kajian keilmuan.
Pengetahuan yang tidak bisa diukur dan dibuktikan dengan empiric-realitas-material merupakan pengetahuan yang hayali, tahayul dan bohong (mitos). Aliran empirisme menyatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh melalui pengalaman-pengalaman yang konkrit. Sedangkan aliran rasionalis berpendapat bahwa pengetahuan manusia didapatkan melalui penalaran rasional. Kedua pendekatan ini merupakan cikal bakal lahirnya positivisme modern dalam kajian keilmuan.
2. Dasar-dasar Pengetahuan
Penalaran
merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan mahluk yang berpikir, merasa,
bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakan yang bersumber pada pengetahuan yang
didapat melalui kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan.
Penalaran mempunyai ciri, yaitu: merupakan suatu proses berpikir logis, dimana
berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau
menurut logika tertentu dan sifat analitik dari proses berpikirnya,
menyandarkan diri pada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan
untuk analisis tersebut aalah logika penalaran yang bersangkutan, artinya
kegiatan berpikir analisis adalah berdasarkan langkah-langka tertentu. Tidak
semua kegiatan berpikir mendasarkan pada penalaran seperti perasaan dan
intuisi.
Ditinjau
dari hakikat usahanya, maka dalam rangka menemukan kebenaran, kita dapat
bedakan jenis pengetahuan. Pertama, pengetahuan yang didapatkan melalui usaha
aktif dari manusia untuk menemukan kebenaran, baik secara nalar maupun lewat
kegiatan lain seperti perasaan dan intusi. Kedua, pengetahuan yang didapat
tidak dari kegiatan aktif menusia melainkan ditawarkan atau diberikan seperti ajaran
agama. Untuk melakukan kagiatan analisis maka kegiatan penalaran tersebut harus
diisi dengan materi pengetahuan yang berasal dari sumber kebenaran yaitu dari
rasio (paham rasionalisme) dan fakta (paham empirisme). Penalaran ilmiah pada
hakikatnya merupakan gabungan penalaran deduktif (terkait dengan rasionalisme)
dan induktif (terkait dengan empirisme).
Penalaran merupakan proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara tertentu. Penarikan kesimpulan dianggap benar jika penarikan kseimpulan dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut dengan logika.
C. Sumber Pengetahuan
Penalaran merupakan proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara tertentu. Penarikan kesimpulan dianggap benar jika penarikan kseimpulan dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut dengan logika.
C. Sumber Pengetahuan
Pada
dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar. pertama, mendasarkan diri pada rasional dan mendasarkan
diri pada fakta. Disamping itu adanya intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan
pengetahuan yang didapat tanpa melalui proses penalaran tertentu, seperti
”orang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba menemukan
jawabannya.
Salah
satu pembahasan dalam epistimoogi adalah sumber-sumber ilmu pengetahuan. Sumber
pengetahuan pada masyarakat relegius berawal dari sesuatu yang sakral dan
transenden. Tuhan merupakan sumber dan sebab pertama “causa prima” dari segala
sesuatu. Manusia tidak akan menemukan kebenaran yang hakiki selama meninggalkan
yang essensi ini.
Sumber
ilmu pengetahuan untuk mengatahui hakekat segala sesuatu bagi masyarakat
relegius tidak cukup dengan menggunakan panca indera dan akal saja tetapi ada
dua unsur lain yaitu ” wahyu ( revelation) dan ilham (intuisi)”. Wahyu itu
adalah salah satu dari wujud “Ketuhanan” dan ilham atau intuisi adalah
termanifestaasikan dalam diri para nabi dan rasul. Sehingga para agamawan
mengatakan bahwa kitab suci (wahyu) merupakan sumber ilmu pengetahuan yang
disampaikan oleh manusia pilihan Tuhan kepada umat manusia
D. Sarana Berpikir Ilmiah Untuk memperoleh Pengetahuan
Adapun
sarana berpikir ilmiah adalah sebagai berikut:
1.
Bahasa
Bahasa
memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan
manusia, kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan
mengganggapnya sebagai suatu hal yang biasa seperti bernafas dan berjalan.
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia tanpa bahasa maka tak ada
komunikasi, tanpa komunikasi apakah manusia layak disebut dengan mahluk sosial?
Sebagai
sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas
dari bahasa seperti berpikir sistemastis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan
dengan kata lain tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, seseorang tidak dapat
melakukan kegiatan berpikir secara sitematis dan teratur.
a. Pengertian Bahasa dan Fungsinya
Banyak
Ahli Bahasa yang telah memberi uraian tentang pengertian bahasa, sudah barang
tentu setiap ahli berbeda-beda cara menyampaikannnya. Bloch and Trager
menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi arbitrer yang
dipergunakan oleh suatu kelompok social sebagai alat untuk berkomunikasi,
sementara Joseph Broam mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang
berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitirer yang dipergunakan oleh para
anggota suatu kelompok social sebagai alat bergaul satu sama lain.
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, Pengertian Bahasa ada tiga yaitu:
a) Sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran
b) Perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa
c) Percakapan (perkataan yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik).
Jadi bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu dalam suatu kelompok social tertentu.
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, Pengertian Bahasa ada tiga yaitu:
a) Sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran
b) Perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa
c) Percakapan (perkataan yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik).
Jadi bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu dalam suatu kelompok social tertentu.
Para
pakar juga berselisih paham dalam hal fungsi bahasa. Aliran filsafat bahasa dan
psikolingustik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran,
perasaan dan emosi sedangkan aliran sosiolingustik berpendapat bahwa fungsi
bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.
Walupun tampak perbedaan, pendapat ini saling melengkapi, yang secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:
Walupun tampak perbedaan, pendapat ini saling melengkapi, yang secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:
1. Koordinator
kegiatan masyarakat
2. Penetapan
pikiran dan pengungkapan
3. Penyampaian
pikiran dan perasaan
4. Penyenangan
jiwa
5. Pengurangan
kegoncangan jiwa
6. Bahasa
sebagai sarana berpikir ilmiah
Untuk
dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai kriteria maupun
langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah, dengan menguasai hal tersebut tujuan
yang akan dicapai akan terwujud. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang
digunakan dalam proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir
dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain, baik
pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif, dengan kata lain
kegiatan berpikir ilmiah ini sangat berkaitan erat dengan bahasa, menggunakan
bahasa yang baik dalam berpikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang benar
apalagi dengan bahasa yang tidak baik dan benar.
Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungisnya untuk komunikasi disifatkan dengan ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah, komunikasi ilmiah ini merupakan proses penyampaian informasi berupa pengetahuan.
Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungisnya untuk komunikasi disifatkan dengan ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah, komunikasi ilmiah ini merupakan proses penyampaian informasi berupa pengetahuan.
2. Statistika
Disadari
atau tidak, statistika telah banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
pertanyaan-pertanyaan seperti; Tiap bulan habis ± Rp. 50.000,- untuk keperluan
rumah tangga, ada 60% penduduk yang memerlukan perumahan permanen, 10%
anak-anak SD mengalami putus sekolah tiap tahun dan sebagainya. Dunia penelitian
atau riset, dimanapun dilakukan bukan saja telah mendapat manfaat yang baik
dari statistika tetapi sering harus menggunakannya, untuk mengetahui apakah
cara yang baru ditemukan lebih baik dari pada cara yang lama, melalui riset
yang dilakukan di laboratorium atau penelitian yang dilakukan di lapangan.
Dalam
kamus ilmiah populer, kata statistika berarti table, grafik, daftar informasi,
angka-angka. Sedangkan statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis-analisis
dan klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi.
Banyak persoalan Apakah itu hasil penelitian riset atapun pengamatan, baik yang dilakukan khusus ataupun berbentuk laporan dinyatakan atau dicatat dalam bentuk bilangan atau angka-angka kumpulan angka-angka itu sering disusun diatur disajikan dalam bentuk table atau daftar sering pula disertai dengan gambar-gambar yang biasa disebut diagram atau grafik supaya lebih dapat menjelaskan lagi tentang persoalan yang sedang dipelajari.
Banyak persoalan Apakah itu hasil penelitian riset atapun pengamatan, baik yang dilakukan khusus ataupun berbentuk laporan dinyatakan atau dicatat dalam bentuk bilangan atau angka-angka kumpulan angka-angka itu sering disusun diatur disajikan dalam bentuk table atau daftar sering pula disertai dengan gambar-gambar yang biasa disebut diagram atau grafik supaya lebih dapat menjelaskan lagi tentang persoalan yang sedang dipelajari.
Jadi
ringkasnya bisa kita katakan bahwa statistika adalah pengetahuan yang
berhubungan dengan data, pengelolaan dan penarikan kesimpulannya berdasarkan
kumpulan data dan analisa yang dilakukan.
Statistika
merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara
ilmiah, sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, statistika membantu kita
untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karasteristik suatu kejadian
secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.
3. Logika
Logika
adalah sarana berpikir sistematis, valit dan dapat dipertanggung jawabkan,
karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir,
seperti setengah tidak boleh lebih besar dari pada satu.
Kata Logika dapat diartikan sebagai penalaran karena penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara tertentu.
Kata Logika dapat diartikan sebagai penalaran karena penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara tertentu.
Cara
penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dan dapat
didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara benar.
Terdapat dua cara penarikan kesimpulan yakni; Logika Induktif dan Logika Deduktif logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus).
Terdapat dua cara penarikan kesimpulan yakni; Logika Induktif dan Logika Deduktif logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus).
Logika
membantu manusia berpikir lurus, efisien tepat dan teratur mendapatkan
kebenaran dan menghindari kekeliruan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
uraian pembahasan makalah diatas, penulis dapat menyimpulkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik
berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuan tidak
puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi sudut pandang ilmu itu sendiri. Dia
ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya, misalnya
Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Selain itu membongkar tempat berpijak
secara fundamental, inilah karakteristik yang keua dari berpikir filsafat yaitu
mendasar.
2. Pengetahuan
dalam bahasa Inggris barasal dari kata “Knowledge” yang berarti pengetahuan.
Pengetahuan manusia yang maju mengenai hal-hal yang empiric disebut ilmu (
science ).
3. Penalaran
merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan.
4. Sumber
ilmu pengetahuan untuk mengatahui hakekat segala sesuatu bagi masyarakat
relegius tidak cukup dengan menggunakan panca indera dan akal saja tetapi ada
dua unsur lain yaitu ” wahyu ( revelation) dan ilham (intuisi) Sarana Berpikir
Ilmiah Untuk memperoleh Pengetahuan.
5. Sarana-sarana
yang dipakai untuk berpikir ilmiah adalah bahasa, matematika, statistika dan
logika
6. Proses
berfikir ilmiah adalah merupakan sekumpulan Langkah-langkah berpikir yang
bersifat objektif, rasional, sistematis dan generalisasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Cet. I, Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2004Husen Al-Habsy, Kamus Al-Kautsar Lengkap, Bangil : Yayasan Pesantren Islam (YAPPI), 1987
2.
Cecep
Sumarna, Filsafat Ilmu (dari Hakikat menuju Nilai), Bandung: Pustaka Bani
Quraisy, 2006
3.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia…Op.
7. M.
Amin Abdullah, Studi Agama ; Normativitas atau Historisitas?, Yogyakarta :
Pustaka Palajar, 1999
Letakkan kode iklan yang tadi sudah sobat parse disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar